Kisah-kisah dalam buku ini adalah kisah nyata, bagaimana sekumpulan orang yang hidup dalam sebuah lorong yang terkesan kumuh dan berantakan, namun mampu melahirkan anak-anak yang bisa bersaing dengan yang hidup di tempat yang lebih layak. Terjangan situasi hidup apa adanya mampu membentuk jiwa-jiwa yang kuat.
Dalam buku ini pulang memberikan gambaran tentang indahnya hubungan yang dibina dengan baik diantara penghuninya, bersatu, tolong menolong, berbagi, kerjakeras, kerjasama, keberanian, kesederhanaan dan banyak kisah lain yang mengandung pengalaman yang baik,
Kisah dalam buku ini hanya kisah sederhana yang terjadi dalam kehidupan Lorong. Tidak ada maksud apa-apa hanya semacam kisah lama yang diangkat kembali dalam sebuah cerita untuk mengenang masa-masa kecil penulis, yang penuh dengan kisah bahagia yang menyenangkan.
Salah satu kisah yang menginspirasi adalah Tempe Versus Cumi Hitam yang mengisahkan bagaimana anak-anak lorong mau berbagi dan memahami apa yang menjadi keingianan temannya, seperti penggalan kisah dibawah ini.
Tiba di rumah segera aku ambil piring, kuisi nasi secukupnya, dan mengambil tempe goreng beberapa potong. Setelah itu, aku segera menuju rumah upi, aku melihat upi sudah membawa sepiring nasi yang berlumur kuah hitam cumi, dan aku bergegas menemui upi untuk berbagi lauk.
Ini bukan masalah tempe versus cumi hitam. Namun ini terkait rasa kebersamaan manusia Lorong. Meskipun belum dewasa, anak manusia lorong sudah belajar tentang arti kebersamaan, tentang arti berbagi, tentang arti saling memahami, sesuatu yang tampaknya mudah namun sulit ditemukan saat ini.
Ulasan
Belum ada ulasan.